Lebih Baik Seperti Ini.....
Title :
Lebih baik seperti ini
Author : Anelliya LuHae
Cast :
1. Kim Hyera
2. Xi Luhan
3. Park Nana
4. Jung Sica
Rating : pg-13
Genre :
sad, romance
Length : One Shoot
Anyyeonghaseyo,,, ini ff pertama aku
dan murni dari aku mengotak atik pikiranku. Kuharap kalian tehibur dengan fiksi
yang ini.
Mian masih banyak typo yang
bertebaran. Mian kalo ngg’ dapet feel nya ini ff abal abal. Don’t be plagiat
please..! this is my mine!
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
>>>Mungkin inilah yang
terbaik...! tuhan telah menakdirkan diriku yang seperti ini, jalan takdir yang
menuntunku untuk begini aku berharap tak ada lagi orang yang berjalan takdir
sepertiku. Sudah hanya aku yang merasakannya, semoga mereka disana jauh lebih
baik dariku......****
*****
Pagi yang cerah untuk memulai hariku
yang membosankan. Hufth, dilingkupi dengan orang orang yang membuatku gerah
dengan sikap mereka. Tak tanggung tanggung berapa banyak masalah yang mereka
timbulkan? Berapa banyak kerugian yang dapat mereka lakukan? Dan lagi, berapa
banyak sudah cacian yang kuterima?? Selama ini kesabaran yang selalu
menemaniku! Mencoba memperbaiki semuanya. Tapi, apa yang kuterima?
“Hey, bocah tengik sana
belikan aku 2 gelas bubble tea GPL !!” teriaknya tepat di sebelah kananku.
“Baiklah!” ucapku sendu. Yeahhh, kebiasaan?? Memang inilah kebiasaan ku sesudah
mereka menge-cap ku dengan sebutan ‘Bocah Tengik’. Entahlah, aku tak tau jalan
pikiran mereka yang seenaknya menyebutku dengan sebutan yang tidak patut
didengar.
Sudah berselang 2 menit aku memesan
bubble tea itu. “Hya... Hyera~bocah tengik mana bubble teaku??” lagi, ia
berteriak tepat di sebelah kanan telingaku. Aku hanya mendengus kesal.
“Sebentar lagi Nana~ya!” ucapku dengan suara terdengar tegar.
“Hya~ beraninya kau
panggil namaku hmmmmm~~?? Panggil aku MAMA (yang mulia) mengerti!!” Nana
menegaskan kata MAMA tepat di telingaku. “ Arrasseo MAMA!” ucapku dengan tegar
lagi walau krystal bening telah memupuk di kedua kelopak mataku bersiap untuk
diluncurkan.
“Nahhh begitu terdengar
bagus Joahe~” Bahagianya diatas panderitaanku
“Chogiyo~ pesanannya
sudah siap! Apa mau ku antarkan??” suara lembutnya mengintrupsiku dari pikiran
jauh ku –Luhan- lebih tepatnya Xi Luhan. Seorang pelayan di kantin sekolahku
yang mampu membuatku tetap tegar. “Ahhh~ ani! Biar aku sendiri ! Ini uangnya
Gamsahamnida,,,!” ucapku seraya mengambil 2 cup gelas bubble tea yang kelihatan
menggiurkan?.
Aku berjalan menuju tempat Nana dan
beberapa orang se-genknya. Mereka terlihat tertawa bersama berbagi rasa
bahagia, tapi tidak denganku yang kini menderita akibat mereka.
“Ini, pesanannya MAMA !”
ucapku dengan menyodorkan 2 cup bubble tea itu dengan sopan.
“Nde, geure Kha~ menjauh
dari kami!” ucap salah satu teman Nana –Sica-. Apa?? Pergi?? Jadi dia
mengusirku setelah apa yang kulakukan berusan?? Okay aku sudah terbiasa untuk
ini. Aku pergi menjauh dari orang orang itu. Pergi menjauh, jauh, hingga tak
terlihat oleh mereka.
>>>> at Roof of the
school <<<<
*****
Atap ini yang sudah menjadi saksi
bisu penderitaaku, semua kisahku, perjalanan hidupku, sudah kuceritakan semua
disini bersama angin sepi yang selalu menemaniku.
“Chogiyo~ Apa ada orang
disini??” ucap seorang di ujung pintu masuk atap ini.
“Nde~ disini ada orang!
nuguya??” tanyaku berjalan mendekati pintu itu.
“Apa yang kau lakukan
disini??” tanyaku lagi kepadanya setelah tau siapa dia – Luhan- seseorang
lelaki berumur 3 tahun diatasku namun terlihat seperti adikku akrena wajahnya
yang imut dan terkesan seperti wanita hehehe.
“Seharusnya, aku yang
bertanya. Apa yang kau lakukan disini?” dia berbalik bertanya kepadaku.
“a...a... Aku aku hanya
bercerita disini!” jawabku yang sepertinya kurang jelas, hingga dia berubah
wajah cengo.
“Sama siapa??” Bingo
prasngkaku benar dia bertanya lagi padaku.
“Sama angin dan sepi!!”
aku menjawab seadanya, wajahnya double cengo sekarang. Sungguh menggemaskan.
“Ha~ Kau yeoja aneh yang
pernah kutemui selama 20 tahun aku hidup!” ucapnya yang membuatku otakku
bekerja menimbulkan sebuah pertanyaan.
“Aneh?? Memangnya aku
aneh darimana?? Sepertinya aku baik baik saja !” ucapku jujur seadanya.
“nde~ kau aneh! Memang
siapa di dunia ini yang mampu berbicara dengan angin dan sepi selain kau??
Haaah!! Daripada kau berbicara sendiri, alangkah baiknya jika kau berbicara
denganku...! mau??” ucapnya jujur dan tawarnya dengan memasang wajah
Aegyonya,,,, hmmmm~ kyeopta,, inginku cubit pipi chabinya itu,,,
“Geurae~ akan kuceritakan
semuanya~ kisah hidupku!” ucapku lalu menggandeng lengannya menuju sebuah kursi
panjang berwarna coklat yang menganggur. Ku mulai pembicaraan ku dengannya, dia
sangat baik menurutku. Terkadang dia memberiku pendapat yang dapat menjadi
motivasi bagiku. Dia mendengarkan ceritaku dengan sangat baik. Dan juga,
diselingi canda tawa diantara kami.
Setelah kejadian itu kami selalu
bertemu entah di kantin, di taman, atau tempat pertama kalinya kami akrab –atap
sekolah-. Menurutku dia baik, ceria, dan terbuka denganku, terkadang dia curhat
tentang masalah yang dihadapinya, dan dengan senang hati aku selalu
mendengarkannya.
Awal Desember. Cuaca dingin dan
pakaian hangat selalu mendominasi bulan dipenghujung tahun. Awalnya Luhan
berniat untuk pergi keluar bersamaku, mengajakku untuk melupakan masa masa yang
kelam. Tapi akhir yang suram menimpaku.
“Hya~Hyera-ya, maukah kau
pergi malam ini bersamaku??” di bawah pohon yang rindang duduk di atas bangku
panjang berwarna coklat juga ditemani coklat panas untuk menghangatkan tubuh
kami, Luhan memulai percakapan diantara kami.
“Emmm- mwo?? Apa aku tak
salah dengar??” Ucapku, dengan meniup niup segelas coklat panas yang ada
digenggamanku.
“Nde! Aku akan
menjemputmu nanti malam ne?” Luhan menatapku dengan memasang wajah aegyonya
berharap aku akan luluh dan menerima ajakannya.
“Luhan-ah! Kau tak usah
memasang wajah aegyomu itu,,,,! Kau terlihat seperti perempuan jika kau
begitu,,!” Aku menatapnya balik, tapi sekarang dia malah memasang wajah
marahnya kepadaku.
“Huh, aku kan sudah
bilang jangan samakan wajahku dengan perempuan!” Luhan, memalingkan wajahnya
dariku dan mengerucutkan bibirnya tanda dia sedang marah. Tapi, bukannya dia
kelihatan menyeramkan malah terlihat lebih imut dari sebelumnya.
“Ara~! Luhan-ah... jangan
begitu,,,! Nde?? Kau akan semakin imut jika marah...!!” aku mecoba membujuknya
agar ia tak marah dan mencubit pipinya pelan.
“Dwesseo! Nanti malam aku
tunggu depan rumahmu jam 8 malam nde,,,!” dia berdiri dari duduknya
menghadapku.
“Emm! Kau tau rumahku??”
aku bertanya bingung.
“Ehh! Itu tak penting!
Sekarang kajja,, kita kembali!” Luhan mengacungkan jari telunjuknya dan
menggoyangkan kekiri dan kekanan, sedang aku merasa bingung untuk
menghadapinya.
“Kemana??” tanyaku lagi
yang tak terpikir olehku.
“Pulang!” jawabnya
singkat dan tanpa aba aba dia menarik tanganku agar berdiri dari dudukku dan
mengikutinya pulang.
>>>
at home<<<
Setelah pulang dari taman, akupun
segera pergi mandi dan menyiapkan beberapa keperluan untuk nanti malam. Padahal
ini baru jam 4 sore, tapi,,, tak apalah setelah menyiapkan beberapa keperluan
aku segera menuju sofa yang didepannya terdapat tv. Kuhidupkan dan kuganti
channelnya sesuai seleraku. “Aaaahhh! Akhirnya! Ini dia acara yang kutunggu
tunggu muncul juga hahahha!” aku tertawa ria. Sebab acara yang sudah kutunggu
sampai kumisan? Ini akhirnya datang juga. Segera aku berlari menuju dapur dan
mengambil beberapa makanan ringan juga minuman untuk menemaniku menonton tv.
“huahahahaha” Aku tertawa
tak henti henti setelah menonton acara itu. Kulirik jam yang berdetak setiap
detiknya.
“haaahhh omoo! Sudah jam
7 ! a.....niiiii!” terkejut bukan main. Padahal Luhan akan menjemputku jam 8 dan sekarang sudah jam 7.
Sedang aku belum ganti baju...??. Aku berdandan secepat kilat! Agar nantinya
jika Luhan menjemputku aku udah benar
benar siap.
Brummm brrruuuummmm...
Terdengar suara motor dari depan
rumah, ah!sepertinya itu Luhan. Segera aku keluar rumah dan benar ternyata itu
memang benar Luhan.
“Kajja!” dia mengibaskan
tangannya memanggilku.
“Nde!” tak lupa sebelum
pergi aku mengunci rumah. Dengan pakaian hangat yang kugunakan saat ini
sepertinya tak apa walau salju turun dengan lebatnya. Kulihat Luhan juga
memakai pakaian hangat seperti aku juga.
Ditengah perjalanan kulihat
sekeliling jalanan yang terlihat putih tertutup oleh tebalnya salju. Namun
sempat terfikir olehku ‘kemana Luhan dan aku mau pergi??’ aneh sepertinya jika
aku tak tau akan pergi kemana namun sungguh aku tak tau. Tiba tiba motor Luhan
berhenti.
“Kajja kita sudah
sampai!” Luhan menarikku untuk mengikutinya.
“Waahhh” gumamku. Kuihat
taman ini tempat Ice Skating banyak para remaja bermain ditengah salju. Walau
dingin namun kulihat mereka tetap ceria bermain bersama dengan sahabatnya,
pacarnya, dll.
Aku dan Luhan sudah berada ditempat
Ice Skating.
“Kau bisa bermain??”
Tanya Luhan membuyarkan lamunanku.
“ Ahhh! Ani hehehe!” Aku
menggeleng sejenak dan cengar cengir kearah Luhan berharap ia mengerti
keadaanku.
“ Ah! Gwaenchana kajja
aku ajari kau!” ouhh betapa tampannya Luhan saat ia tersenyum tulus padaku.
Baru pertama ini aku melihatnya serius namun senang. Luhan menggandengku namun
dag dig dug dag dig dug, jantungku berdetak dengan cepat. Pertanda apa ini??
Apa aku mencintai Luhan??
“ Aahh nde!” Aku
menjawabnya singkat.
Dia terus mengajariku walau aku
sering terjatuh namun ia tak menyerah. Aku berharap malam ini tak akan berakhir
dan akan kuingat selalu malam ini. Setela kami lelah bermain Ice Skating kami
mencari tempat makan dan makan disana sekalian menghangatkan tubuh kami.
Setelah itu kami pulang namun ini terlalu malam dan terlalu dingin.
Kurapatkan mantelku erat erat. Aku
melihat Luhan berada diseberang jalan membeli 2 minuman hangat. Setelah itu
kulihat Luhan akan menyeberang jalan namun sampai ditengah kulihat ada mobil
yang melaju kearahnya. Dengan segera aku berlari menolongnya, mendorongnya agar
tak tertabrak. Namun kemalangan yang menimpaku, mobil itu malah menabrakku.
Masih kuingat Luhan memanggilku dan aku sedikit sadar. Kurasakan ada cairan
yang mengalir dari dahiku dan nafasku tersenggal senggal.
“Luhan~ah Mianhae...!
mungkin inilah akhirnya dan mungkin jalan inilah yang terbaik untukku....!”
Luhan pov
Kulihat Hyera menghembuskan nafasnya
yang terakhir dan menutup matanya pelan dan untuk selamanya. Aku tak kuat, aku
memanggil manggil namanya dan mengguncang guncang tubuhnya berharap ia bangun
kembali. Namun apa dayaku?? Hyera sdah pergi menjauh meninggalkanku di bumi ini
untuk selamanya. Aku menyesal... kupikir setelah bermain tadi aku akan
menyatakan perasaanku padanya tapi, takdir berkata lain,,, tuhan mengambil
Hyeraku membawanya kesisinya. Dan mungkin inilah yang terbaik untukku dan
Hyera... jalan takdir yang telah tertuliskan.
End
Waahhh gila... aku bingung mau nulis
apa.... gaje?? Alurnya kecepetan??? Dan entahlah syukur syukur masih ada yang
ngomment....follow juga twitter q di @Auliya LuHae
And gomawo udah baca
Alurnya agak terlalu cepat. tp bagus kok... :)
ReplyDeleteTetap semangat berkarya yaa... :)
oke... makasih udah nyempetin baca..
Delete